Apa Misi Sebenarnya Kunjungan Jokowi ke China sampai Korsel?
27 Juli 2022, 09:45:05 Dilihat: 320x
Jakarta, -- Presiden Joko Widodo mengunjungi tiga negara di Asia Timur yakni China, Jepang, dan Korea Selatan pada pekan ini.
Dalam pertemuan dengan Jokowi pada Selasa (26/7) sore, Presiden China Xi Jinping mengungkapkan kemesraan relasi RI-China. Kedua presiden juga menyepakati berbagai kerja sama dan kesepakatan yang kian mempererat kemitraan Jakarta dan Beijing.
Namun, menurut pengamat dari Departemen Hubungan Internasional, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Waffa Kharisma, kunjungan kilat Jokowi ke China hingga Korsel ini bukan sekadar memperkuat kerja sama bilateral Indonesia saja.
Waffa menjelaskan kunjungan Jokowi ke China, Jepang, dan Korsel ini seakan mencerminkan rasa terima kasih Indonesia kepada tiga negara yang mendominasi kawasan Asia Timur tersebut.
Sebab, menurut Waffa, ketiga negara itu yang paling sigap dan banyak membantu Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, terutama di waktu-waktu sulit seperti saat pandemi Covid-19.
"Ini ekstensi persahabatan yang terbangun di era krisis kemarin," kata Waffa kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/7).
Waffa juga menjabarkan kunjungan itu dari kacamata geopolitik dan ekonomi. Menurut dia, lawatan ini semakin menunjukkan penguatan hubungan antara ASEAN dan ketiga negara tersebut atau ASEAN+3.
"Saat pandemi terlihat pola interaksinya yang mana yang bantu siapa duluan. Itu kacamata besarnya," ucap dia lagi.
Sementara itu, Xu Liping, seorang peneliti studi Asia Tenggara di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing, mengatakan kepadaGlobal Times bahwa selama menjabat sebagai presiden RI, Jokowi memang memprioritaskan menarik investasi asing ke Indonesia dan memperluas perdagangan.
Hal itu, kata Xu terlihat dari volume perdagangan antara China dan Indonesia berlipat ganda pada 2021 jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Statistik menunjukkan bahwa volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan China mencapai lebih dari US$120 miliar pada 2021, meningkat 58,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, pandemi Covid-19 masih menghantui dunia.
Para pengamat pun menilai lawatan Jokowi ke Jepang dan Korsel tidak akan terlalu jauh berbeda dengan hasil kunjungannya ke China, yakni fokus menghasilkan sejumlah kesepakatan dan penguatan kerja sama terutama dalam ekonomi dan perdagangan.
"Kemungkinan oleh-oleh beliau nanti akan masih berupa trade deals [kerja sama ekonomi], komitmen investasi, komitmen inisiatif-inisiatif pasca-pandemi," tutur Waffa lagi.
Pertahankan Citra Baik RI
Selain ucapan terima kasih, Waffa menilai lawatan Jokowi ke Asia Timur ini ditujukan untuk menjaga citra baik terutama di waktu krusial seperti saat ini, di mana Indonesia menjabat sebagai Presiden G20. Presidensi G20 Indonesia juga terus disorot sejak invasi Rusia ke Ukraina berlangsung pada Februari lalu.
Sejak itu, banyak negara anggota terutama Barat, menekan Indonesia agar menendang Rusia dari keikutsertaan G20 tahun ini. Namun, Indonesia berupaya bersikap netral dengan tetap mengundang seluruh anggota dan tak menerapkan sanksi terhadap Rusia.
Menurut Waffa, lawatan Jokowi ke tiga negara Asia Timur ini pun dilakukan guna meredam sejumlah anggapan bahwa RI tetap bersikap netral di tengah konflik tersebut. Dengan begitu, Indonesia berharap tiga negara di Asia Timur itu tetap mendukung RI di berbagai forum.
"Saya pikir Indonesia tengah gencar terkait mengamankan potensi citra buruk itu. Indonesia tengah khawatir citra kepemimpinannya di dunia internasional terdampak karena kebetulan ada situasi darurat seperti di Eropa," ujar Waffa lagi.
Jika Indonesia tak melanjutkan upaya lobi atau diplomasi ini, Waffa menilai Jakarta akan kesulitan membentuk citra sebagai penengah.
Ia kemudian menjelaskan lebih lanjut, secara peluang, seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan pertemuan ke tiga negara Asia Timur ini untuk membangun kepercayaan.
"Indonesia bisa jadi pihak yang membangun kepercayaan, sambil juga membujuk negara-negara [China, Jepang, Korsel] ini gimana caranya mengatasi krisis-krisis seperti krisis pangan," terang dia lagi.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan kunjungan Jokowi ke tiga negara Asia Timur itu akan membahas sejumlah hal lain di luar kerja sama ekonomi.
Rezasyah mencontohkan konflik China dan sejumlah negara ASEAN di Laut China Selatan mungkin akan masuk dalam topik pertemuan Jokowi Xi Jinping.
"Dengan China kemungkinan besar akan dibahas Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan, sehubungan dengan semakin agresifnya Coast Guard China," kata dia.
Ia juga menilai kemungkinan pertemuan Jokowi dengan Xi Jinping akan membahas kritik RI atas Nine Dash line (NDL) atau garis putus-putus versi China yang bertentangan dengan Hukum Laut PBB (UNCLOS).
Namun, baik Menlu Retno dan Jokowi sendiri tidak menyinggung soal isu Laut China Selatan dalam pertemuannya dengan Xi Jinping.