Menlu Rusia Bertemu Inggris soal Ukraina: Ultimatum Tak Akan Berguna
10 Februari 2022, 22:14:40 Dilihat: 318x
Jakarta, Universitas Narotama -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, bertemu dengan Menlu Inggris, Liz Truss, pada Rabu (9/2). Dalam pertemuan itu, Lavrov menegaskan ultimatum negara Barat terkait Ukraina tak berguna.
"Pendekatan ideologis, ultimatum, ancaman ini tak berguna," kata Lavrov, sebagaimana dikutip AFP.
Lavrov menuduh para diplomat Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menggunakan ancaman dan ultimatum dalam membahas masalah Ukraina. Menurutnya, pendekatan tersebut tak diplomatis.
Pembicaraan antaraLavrov dan Truss ini merupakan putaran terakhir diplomasi Barat pada pekan ini untuk mengurangi krisis di perbatasan Ukraina.
Lavrov mengatakan, jika Inggris ingin meningkatkan hubungan dengan Rusia, harus ada tindakan timbal balik.
Ia mengakui hubungan diplomasi kedua negara sedang panas dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ia mengatakan, bilateral dengan Truss sebagai "pertemuan yang tak pernah terjadi sebelumnya."
Inggris terakhir mengunjungi Rusia pada 2017 lalu. Sebagai pembuka pertemuan kedua negara yang lama tak jumpa, Truss mengatakan Inggris tak bisa mengabaikan pengerahan pasukan di perbatasan Ukraina.
"(Pengerahan pasukan) itu usaha untuk merusak kedaulatan Ukraina. Ada jalan alternatif, rute diplomatik yang menghindari konflik dan pertumpahan darah. Saya di sini untuk mendorong Rusia mengambil jalan ini," kata Truss.
Selain Menlu Inggris, Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, juga melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, di Moskow.
Kunjungan Inggris ke Rusia merupakan rangkaian upaya diplomatik dari Barat untuk mencegah invasi Rusia ke Ukraina.
Dunia khawatir akan krisis yang terjadi di Ukraina. Selain AS Cs, Turki juga menawarkan diri untuk menjadi mediator konflik antara Rusia dan Ukraina.
Konflik di Ukraina memanas usai Rusia mengerahkan ratusan ribu militer di wilayah perbatasan negara itu. Washington menuduh Moskow akan menginvasi Kiev.
Namun, Rusia membantah tuduhan itu. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, juga meminta warga tetap tenang.
Menurut Presiden Rusia, Vladimir Putin, AS sengaja menggunakan narasi perang di Ukraina. Putin mengatakan, narasi itu digemakan untuk menyeret Rusia ke dalam perang.