Jakarta, Universitas Narotama -- Thailand mengantisipasi harga daging babi naik akibat permintaan yang berpotensi melonjak menjelang hari raya Imlek pada pekan depan.
Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan Dalam Negeri Thailand (DIT), Wattanasak Sur-iam, mengatakan untuk mengantisipasi kenaikan ini, pemerintah mematok kisaran harga daging babi.
Menurutnya, pemerintah meminta pedagang untuk menjaga harga daging babi tetap stabil di angka 100 baht (Rp43 ribu) hingga 110 baht (Rp47 ribu) per kilogram. Selain itu, DIT membatasi harga babi eceran berkisar dari 205-210 baht (Rp88-90 ribu) per kilogram.
Wattanasak juga menuturkan, penjual yang tak memasang label harga produk atau yang menaikkan harga 'terlalu tinggi' akan didenda.
Untuk memastikan imbauan ini diterapkan di lapangan, Wattanasak meminta warga yang menemukan harga babi tak wajar untuk melapor ke badan tersebut lewat hotline 1569.
Sebagaimana dilansir National Thailand, Menteri Perdagangan Thailand, Jurin Laksanawisit, juga sudah memerintahkan 55 unit patroli untuk melakukan survei harga babi di Bangkok dan provinsi lain.
Di beberapa provinsi Thailand, para gubernur juga mengerahkan unit patroli untuk mengawasi kuantitas dan harga makanan yang dijual.
Saat ini, harga babi sendiri sebenarnya masih stabil di angka 104 baht atau setara sekitar Rp45 ribu per kilogram.
Berdasarkan laporan media setempat, harga babi di Thailand sempat melonjak karena krisis pasokan. Persediaan daging babi berkurang karena sedang ada wabah flu babi di Afrika.
Saat itu, harga babi di pasaran sempat melonjak hingga US$6 (Rp86 ribu) per kilogram. Alhasil, warga Thailand beralih ke daging buaya yang dibanderol sekitar US$2 (Rp28 ribu).
Seorang pedagang daging buaya, Wichai Rungtaweechai, mengakui bahwa sejak harga babi melambung, ia mendapatkan banyak pesanan.
"Awalnya, saya tidak tahu bagaimana menangani permintaan. Restoran dan pedagang daging meminta daging buaya dalam jumlah besar dikirim ke mereka. Pelanggan lain yang ingin mencoba daging buaya memesan untuk dibawa pulang," kata Rungtaweechai, seperti dikutip SCMP, Sabtu (22/1).