AS Akui China Uji Rudal Hipersonik: Bak Peluncuran Sputnik
28 Oktober 2021, 09:19:38 Dilihat: 335x
Jakarta, Universitas Narotama -- Untuk pertama kalinya, seorang jenderal Amerika Serikat mengakui bahwa China menguji coba rudal hipersonik yang sulit dilawan.
Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, mengatakan bahwa uji coba rudal itu sangat luar biasa. Ia bahkan menyandingkan momen itu dengan saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama di dunia, Sputnik, pada 1957.
"Yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Sangat mengkhawatirkan," ujar Milley kepada Bloomberg TV, seperti dikutip AFP.
Ia kemudian berkata, "Saya tidak tahu betul mirip dengan momen Sputnik atau tidak, tapi saya rasa sangat mirip dengan itu. Ini merupakan peristiwa teknologi yang sangat signifikan dan kami sangat memperhatikannya."
Kabar uji coba ini sebenarnya sudah mencuat setelah Financial Times merilis laporannya pada 16 Oktober lalu. Surat kabar itu melaporkan bahwa China melakukan uji coba itu pada Agustus dan membuat AS terkejut.
Menurut Financial Times, rudal itu mengitari Bumi dalam jarak rendah dan melesat lebih dari lima kali kecepatan suara, meski meleset dari targetnya sejauh 30 kilometer.
China membantah kabar tersebut. Beijing mengklaim bahwa operasi itu merupakan uji coba rutin untuk kendaraan luar angkasa mereka.
Saat berita itu dirilis, Kementerian Pertahanan AS juga enggan mengonfirmasi kabar tersebut.
Sebagaimana dilansir AFP, hipersonik merupakan temuan termutakhir dalam teknologi rudal karena dapat terbang lebih rendah. Dengan demikian, hipersonik lebih sulit dideteksi ketimbang rudal balistik.
Hipersonik bisa mencapai target lebih cepat. Rudal itu juga dapat menjadi lebih berbahaya jika dipasangi hulu ledak nuklir.
Saat ini, baru AS, Rusia, China, dan Korea Utara yang pernah menguji coba hipersonik. Sejumlah negara lainnya baru mengembangkan teknologi tersebut.
Pada 2019, China mengungkap rudal hipersonik jarak menengah mereka, DF-17, yang dapat berputar sekitar 2.000 kilometer dan bisa membawa hulu ledak nuklir.
Namun, rudal hipersonik yang dilaporkan kali ini berbeda, dengan jarak tempuh lebih jauh. Rudal itu dikabarkan dapat diluncurkan ke orbit sebelum kembali ke atmosfer dan mencapai targetnya.