Soroti Ketimpangan Vaksin, WHO Sebut Pemberian Booster Amoral
13 Oktober 2021, 09:01:15 Dilihat: 321x
Jakarta, -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan kebijakan pemberian vaksin Covid-19 booster yang telah dilakukan sejumlah negara merupakan tindakan tidak bermoral dan tidak adil.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pemberian vaksin booster harus dihentikan lantaran masih banyak negara, seperti di Afrika, yang belum menerima dosis vaksin untuk menginokulasi warganya.
"Meningkatnya penggunaan booster adalah tindakan tidak bermoral dan tidak adil dan ini harus dihentikan," kata Tedros pada Selasa (12/10).
"Memulai vaksin booster benar-benar hal terburuk yang bisa dilakukan sebagai komunitas global. Ini tidak adil dan juga tidak bermoral karena kita tidak akan menghentikan pandemi dengan mengabaikan seluruh benua (Afrika) dan benua yang tidak memiliki kapasitas produksi vaksin," ucapnya menambahkan.
Negara di Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Oseania setidaknya telah memberikan dosis vaksin pertama kepada lebih dari 50 persen populasi mereka.
Namun, kepada CNN, Tedros mengatakan baru 7 persen populasi di benua Afrika yang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19.
Sejumlah negara memang mulai merekomendasikan warganya untuk mendapat suntikan ketiga vaksin Covid-19 sebagai booster.
Pada September lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengizinkan dosis booster vaksin Pfizer untuk kalangan tertentu.
Selain AS, European Medicine Agency (EMA) juga telah menganjurkan negara-negara Uni Eropa untuk mengeluarkan rekomendasi resmi penggunaan dosis booster.
EMA mengatakan orang dengan sistem kekebalan normal dapat mempertimbangkan menerima dosis booster Pfizer enam bulan setelah dosis kedua.
Indonesia juga sudah mulai menerapkan vaksin booster khusus bagi tenaga kesehatan.