Taliban Ingin Syariat Islam hingga Ashraf Ghani Minta Maaf
09 September 2021, 08:31:00 Dilihat: 351x
Jakarta, Universitas Narotama -- Sejumlah kabar dari Afghanistan kemarin masih meramaikan berita-berita internasional Kamis (9/9) pagi ini.
Taliban yang menginginkan negara syariat Islam masih menjadi berita populer pagi ini.
Begitu pula berita mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani minta maaf masuk dalam berita populer internasional.
Berikut sejumlah kabar yang dirangkum dalam kilas internasional Kamis (9/9):
1. Taliban: Pemerintah Baru Afghanistan Terapkan Syariat Islam
Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada mengatakan pemerintahan baru Afghanistan akan menerapkan syariat Islam.
Dia memastikan pejabat negara akan menegakkan itu. Melansir AFP, Taliban telah mengumumkan pemerintahan baru bernama Islamic Emirate of Afghanistan. Beberapa pejabat telah ditunjuk.
"Saya meyakinkan kepada seluruh warga negara bahwa para tokoh pemerintahan akan bekerja keras menerapkan aturan dan syariah Islam di negara ini," tutur Hibatullah Akhundzada mengutip AFP.
2. Mengenal Islamic Emirate of Afghanistan, Pemerintahan Syariat Islam
Islamic Emirate of Afghanistan sebenarnya bukan nama baru. Saat Taliban berkuasa pada 1996-2001, Taliban juga menggunakan Islamic Emirate of Afghanistan sebagai nama pemerintahan.
Patokan pemerintahan kali ini pun sama, yaitu menjunjung tinggi syariat Islam. Meski demikian, belum diketahui seketat apa Taliban menerapkan syariat Islam dalam pemerintahannya kali ini.
Saat pertama kali merebut kekuasaan pada 15 Agustus lalu, Taliban berjanji akan membentuk pemerintahan yang lebih terbuka dan moderat. Mereka juga berjanji memberikan hak-hak dasar bagi perempuan, tak seperti saat mereka berkuasa dulu.
3. Minta Maaf, Eks Presiden Afghanistan Beri Alasan Kabur ke LN
Mantan Presiden Afghanistan yang digulingkan, Ashraf Ghani, kembali buka suara sehari setelah Taliban mengumumkan pemerintahan sementara di negara itu.
Melalui surat terbuka yang diunggah di akun Twitternya, Ghani meminta maaf kepada masyarakat Afghanistan karena pemerintahannya berakhir sama seperti pendahulunya yang juga digulingkan oleh Taliban.
"Saya berhutang penjelasan terhadap warga Afghanistan karena meninggalkan Kabul terburu-buru pada 15 Agustus lalu setelah Taliban secara tidak diduga memasuki kota (Kabul)," kata Ghani pada Rabu (8/9).
"Dengan penyesalan yang amat besar dan mendalam, periode (kepemimpinan) saya harus berakhir sama dengan tragedi yang dialami para pendahulu saya. Saya meminta maaf kepada warga Afghanistan karena tidak bisa membawa akhir yang berbeda," ia menambahkan.