AS Waspadai Serangan Teror Rival Taliban di Afghanistan
20 Agustus 2021, 08:52:23 Dilihat: 341x
Jakarta -- Amerika Serikat mewaspadai kemungkinan serangan dari kelompok teroris yang selama ini menjadi rival Taliban di Afghanistan di tengah proses evakuasi warga.
"Salah satu yang kami waspadai adalah potensi serangan teror dari kelompok-kelompok seperti ISIS-K, yang merupakan musuh bebuyutan Taliban," ujar penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kepada NBC, Kamis (19/8).
Ia kemudian berkata, "Jadi, kami harus terus meminimalkan risiko dan memaksimalkan jumlah orang yang bisa masuk ke dalam pesawat."
Sullivan kemudian mengatakan bahwa saat ini, ia tak tahu persis jumlah warga AS yang berada di Afghanistan. Namun, pemerintah AS berkomitmen untuk mengevakuasi sebanyak mungkin warga.
Menurut Sullivan, AS sudah menjalin kontak dengan Taliban agar mengamankan jalur evakuasi warga mereka. Namun, AS tetap khawatir akan serangan-serangan dari kelompok lain.
"Kami sudah menjalin kontak dengan Taliban dan semua aman sejauh ini untuk membawa warga Amerika dan Afghanistan ke bandara. Namun, kami tak bisa menjamin segalanya," katanya, seperti dikutip Reuters.
Center for Strategic and International Studies menginformasikan bahwa kelompok ISIS-K memang masih aktif sejak terbentuk tiga tahun lalu. Kelompok itu mendapatkan dukungan dari ISIS di Irak dan Suriah.
Berdasarkan data CSIS, kelompok tersebut sudah melancarkan sekitar 100 serangan terhadap warga sipil di Afghanistan dan Pakistan.
Mereka juga memicu setidaknya 250 bentrokan dengan pasukan AS, Afghanistan, dan Pakistan sejak Januari 2017 lalu.
AS khawatir kelompok-kelompok seperti ISIS-K bakal bangkit menyerang setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Minggu (15/8) lalu.
Perebutan kuasa oleh Taliban ini memang mengkhawatirkan banyak pihak, termasuk di dalam negeri. Warga Afghanistan masih trauma dengan bayang-bayang kekejaman Taliban saat kelompok itu berkuasa dengan menerapkan hukum syariat Islam ultrakonservatif pada 1996-2001 silam.
Meski Taliban mengklaim bakal mendirikan pemerintahan inklusif dan menghormati perempuan, para warga menganggap kelompok tersebut tak dapat dipercaya.