Militer Myanmar Gerebek Kompleks Staf Pekerja Kereta Api
10 Maret 2021, 09:00:24 Dilihat: 269x
Jakarta -- Tentara Myanmar melancarkan penggerebekan ke kompleks staf pekerja kereta api yang melakukan aksi mogok sebagai upaya menentang kudeta militer.
Rekaman yang diposting di media sosial menunjukkan pasukan keamanan di dekat kompleks staf kereta api. Satu orang yang terlibat dalam pemogokan mengatakan melalui telepon bahwa mereka khawatir tindakan keras yang mungkin dilakukan.
"Saya pikir mereka akan menangkap kami. Tolong bantu kami," kata orang itu, yang meminta hanya disebut sebagai Ma Su, Rabu (10/3), mengutip dari Reuters.
Dalam siaran langsung Facebook di daerah tersebut, orang-orang berteriak "Apakah kita staf bersatu? Ya, kami bersatu "dan seorang komentator mengklaim bahwa polisi mencoba untuk menerobos barikade dan mengancam akan menembak.
Kejadian lebih jelasnya tidak dapat diverifikasi. Pejabat polisi dan tentara tak menanggapi permintaan komentar.
Staf kereta api di Yangon merupakan bagian dari gerakan pembangkangan sipil yang turut melumpuhkan bisnis pemerintah sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari.
Pada hari Selasa, Zaw Myat Linn, seorang pejabat dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), meninggal dalam tahanan setelah dia ditangkap. Ia adalah tokoh kedua yang meninggal dalam tahanan selama dua hari ini.
"Dia terus berpartisipasi dalam protes," kata anggota majelis tinggi pemerintahan Suu Kyi, Ba Myo Theina. Penyebab kematian belum diketahui.
Sebelum Zaw Myat Linn ditahan, dalam siaran langsung Facebooknya, ia mendesak orang-orang untuk terus memerangi tentara. "Bahkan jika itu mengorbankan nyawa kami".
Polisi pada hari Selasa juga menutup media independen, menggerebek dua kantor berita dan menahan dua jurnalis.
Menurut laporan Myanmar Now, setidaknya 35 jurnalis ditangkap sejak kudeta 1 Februari, 19 di antaranya telah dibebaskan.
Protes harian terhadap kudeta masih berlangsung di seluruh negeri Myanmar. Sementara pasukan keamanan terus meningkatkan kekuatan untuk menindak para demonstran.
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik lebih dari 60 orang tewas dan lebih dari 1.800 ditahan.
Beberapa polisi menolak perintah untuk menembak pengunjuk rasa. Mereka yang membelot melarikan diri ke negara tetangga India.
"Karena gerakan pembangkangan sipil mendapatkan momentum dan protes yang diadakan oleh pengunjuk rasa anti-kudeta di berbagai tempat, kami diperintahkan untuk menembak para pengunjuk rasa," kata empat petugas dalam pernyataan bersama kepada polisi di kota Mizoram, India.
"Dalam skenario seperti itu, kami tidak punya nyali untuk menembak orang-orang kami sendiri yang merupakan demonstran damai," kata mereka.
Kudeta berlangsung setelah militer dan pemerintah sipil Myanmar berselisih selama beberapa bulan terkait hasil pemilihan umum pada 8 November lalu.
Militer Myanmar menganggap pemilu yang dimenangkan oleh Suu Kyi dan partainya, NLD, curang.
Angkatan bersenjata Tatmadaw menuding ada setidaknya 8 juta pemilih palsu yang terdaftar dalam pemilu lalu.
Kudeta tersebut dikutuk kalangan internasional.
Sumber cnnindonesia.com