Para Pemimpin Dunia yang Minta Maaf Atas Penanganan Pandemi
27 Januari 2021, 09:00:27 Dilihat: 247x
Jakarta -- Data statistik Universitas Johns Hopkins University jumlah penularan virus corona (Covid-19) total telah mencapai 100.270.602 juta kasus di seluruh dunia per Rabu (27/1).
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, India, Inggris, hingga Indonesia masih mencatat tren kenaikan penularan Covid-19 secara signifikan.
Sementara itu, beberapa negara yang sempat mengalami penurunan hingga nihil kasus corona seperti Jepang, Australia, China, hingga Selandia Baru, kembali mencatat peningkatan penularan virus serupa SARS tersebut.
Beberapa pemimpin bahkan secara terbuka mengakui kegagalan pemerintahannya dalam membendung virus corona di masing-masing negara.
Berikut deretan pemimpin negara yang mengakui kegagalan negara dalam menanggulangi pandemi virus corona yang telah melanda dunia setahun lebih.
Jepang
Perdana Menteri Yoshihide Suga menyatakan permintaan maafnya atas kegagalan pemerintah Jepang memberikan layanan kesehatan dan perawatan medis yang memadai ketika Jepang dihadapkan gelombang ketiga penularan corona.
Permintaan maaf itu diutarakan Suga di depan parlemen pada Selasa (26/1) setelah seorang legislator oposisi mengeluhkan banyak pasien corona yang meninggal tanpa mendapat perawatan medis akibat rumah sakit penuh.
Legislator itu juga memaparkan bahwa beberapa nyawa pasien corona yang tidak tertolong saat tengah dilarikan ke rumah sakit.
"Adalah tugas pemerintah untuk menetapkan sistem kesehatan yang dapat memastikan bahwa tidak ada satu warga pun yang meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Sebagai orang yang bertanggung jawab (atas tugas pemerintah) saya meminta maaf," kata Suga di depan anggota parlemen seperti dilansir NHK.
Data kepolisian Jepang mengungkap bahwa sejak Maret lalu hampir 200 pasien corona meninggal di luar fasilitas kesehatan.
Dikutip Reuters, permintaan maaf juga terucap lagi dari mulut Suga setelah sejumlah anggota parlemen dari koalisi partainya kedapatan mengunjungi kelab malam di tengah pandemi.
"Saya sangat meminta maaf bahwa insiden ini terjadi ketika kami (pemerintah) meminta warga untuk tidak keluar rumah setelah pukul 20.00 dan menghindari pergi keluar rumah untuk urusan yang tidak penting," kata Suga.
Suga tengah berada dalam tekanan setelah rating penerimaan publik terhadap dirinya anjlok akibat ketidakpuasan warga terhadap kebijakan pemerintah dalam menangani virus corona.
Para pengkritik pemerintah menganggap pemerintahan Suga terlalu lambat dan tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan penanganan corona.
Sejauh ini, Jepang tercatat memiliki 373.868 kasus virus corona dengan 5.301 kematian.
Australia
Perdana Menteri Scott Morrison menyampaikan permintaan maaf karena gagal menangani risiko penularan virus corona di sejumlah panti jompo.
Pernyataan itu diutarakan Morrison pada Agustus 2020. Ia mengatakan bahwa dirinya "sangat menyesal" terkait respons pemerintah "yang mungkin gaga" dalam menanggulangi risiko penularan tersebut.
Permintaan maaf itu diutarakan Morrison ketika jumlah total kematian virus corona di panti jompo Negeri Kanguru mencapai lebih dari 200 pasien pada saat itu.
"Kebenaran yang menyedihkan adalah dalam beberapa waktu kita mungkin gagal," kata Morrison seperti dilansir The Guardian.
Meski begitu, Morrison menekankan dia dan seluruh jajaran pemerintah bekerja sekuat tenaga untuk memastikan bahwa warga Australia "tidak akan dikecewakan selama periode ini".
Per Rabu (27/1), Australia mencatat 28.786 kasus corona dengan 909 kematian.
Israel
Presiden Reuven Rivlin menyatakan permintaan maaf terhadap warga Israel akibat kegagalan pemerintah membendung pandemi virus corona pada September 2020.
Pernyataan itu diutarakan Rivlin ketika Israel menerapkan penguncian wilayah (lockdown) akibat lonjakan penularan dan kematian akibat Covid-19.
"Saya menyadari bahwa kami belum banyak melakukan apa-apa sebagai pemimpin yang pantas mendapat perhatian Anda. Anda percaya kami, dan kami mengecewakan Anda," kata Rivlin dalam pidato yang disiarkan televisi nasional seperti dikutip Times of Israel.
Dalam pidato itu, Rivlin mengaku memahami kecemasan yang dirasakan warga Israel akibat penerapan lockdown.
Saat itu, ia bahkan meminta maaf karena sempat merayakan Hari Paskah dengan salah satu putrinya di tengah penerapan jam malam yang ketat di Israel. Saat itu, Israel tengah menerapkan jam malam dan mengimbau warga agar tidak menggelar perkumpulan bahkan pertemuan keluarga sekali pun.
"Kesepian yang saya rasakan tidak lebih menyakitkan dari pada kesepian yang dialami banyak dari Anda semua-yang sangat berhati-hati dalam mengikuti instruksi pemerintah," papar Rivlin.
Inggris
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga turut menyampaikan permintaan maaf atas kasus dan kematian akibat virus corona yang terus bertambah. Dalam konferensi pers Rabu (27/1), Johnson menyampaikan permintaan maafnya.
"Saya sangat menyesal atas setiap nyawa yang telah meninggal dan tentu saja, sebagai perdana menteri saya bertanggung jawab penuh atas semua yang telah dilakukan pemerintah," ujar Johnson ketika angka kematian akibat Covid-19 di Inggris melampaui 100 ribu jiwa.
Uni Eropa
Kepala Komisi Uni Eropa, Urusula von der Leyen, menyatakan permintaan maaf kepada Italia karena solidaritas yang minim dari blok tersebut dalam membantu Roma menangani pandemi virus corona pada April 2020.
Saat itu, Italia menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di Eropa dan menjadi pusat penyebaran virus serupa SARS itu di kawasan.
Urusula berjanji bahwa Uni Eropa akan memberikan bantuan yang lebih besar lagi kepada Italia.
Melalui sebuah surat yang diterbitkan harian Italia, La Repubblica, Urusula mengatakan terlalu banyak negara anggota Uni Eropa yang sibuk berfokus menangani masalah mereka sendiri di tengah pandemi corona.
"Mereka tidak menyadari bahwa kita hanya bisa mengalahkan pandemi ini bersama-sama, sebagai sebuah persatuan. Hari ini, Eropa bersatu mendukung Italia," kata Urusula seperti dilansir France24.
Sumber cnnindonesia.com