Jakarta -- Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden dilaporkan bersikeras Iran akan menyetujui tuntutan baru yang ia tetapkan jika negara Republik Islam itu ingin Washington kembali ke kesepakatan nuklir dan mencabut sanksi.
New York Times melaporkan pemerintahan Biden akan berusaha memperpanjang durasi "pembatasan produksi bahan fisil Iran yang dapat digunakan untuk membuat bom (nuklir)" dalam putaran baru negosiasi.
Dilansir AFP, laporan itu menyebut Iran juga harus mengatasi aktivitas di kawasan yang "merusak" lewat proksi di Libanon, Irak, Suriah, dan Yaman dalam pembicaraan dengan melibatkan Arab Saudi.
Presiden Donald Trump menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 dan kembali memberlakukan sanksi yang melumpuhkan Iran sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" atas program nuklir.
Kesepakatan nuklir 2015 JCPOA memberi Iran keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir.
Selama kampanye pilpres, Biden mengaku berencana menawarkan Iran "jalan yang kredibel untuk kembali ke diplomasi".
"Ini akan sulit, tapi ya," ujar Biden dalam wawancara dengan NYT yang diterbitkan pada Rabu (2/12).
"Lihat, ada banyak pembicaraan tentang rudal presisi dan semua hal lain yang mengganggu kestabilan kawasan," kata Biden.
"(Tapi) cara terbaik untuk mencapai stabilitas di kawasan adalah dengan menangani program nuklir," ujarnya.
Dia memperingatkan, jika Iran memperoleh bom, itu akan memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah "dan hal terakhir yang kita butuhkan di bagian dunia tersebut adalah peningkatan kemampuan nuklir".
"Dalam konsultasi dengan sekutu dan mitra kami, kami akan terlibat dalam negosiasi dan perjanjian lanjutan untuk memperketat nuklir Iran, serta menangani program rudal," tuturnya kepada NYT.
Biden menuturkan bahwa AS, jika perlu, selalu memiliki opsi untuk memberi sanksi internasional dan Iran tahu itu.
Menanggapi penarikan diri Trump dari kesepakatan nuklir, Iran telah membalas dengan membatalkan komitmennya terhadap kesepakatan tersebut.
Namun pemerintah Iran, secara hati-hati, telah menyambut kemenangan Biden. Tapi kaum konservatif menuduh pemerintah Iran menyerah pada "ilusi" dari perubahan oleh "Setan Besar" Amerika.
Sumber cnnindonesia.com