Jakarta -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menantang Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi terhadap negaranya. Ia menyatakan hal tersebut dalam kongres partai berkuasa yang disiarkan televisi di kota timur Malatya.
"Apa pun sanksi Anda, jangan terlambat," kata Erdogan, merujuk pada peringatan Amerika Serikat agar Turki tidak terlibat langsung dalam konflik di Nagorno-Karabakh. Ankara diketahui mendukung Azerbaijan melawan pasukan etnis Armenia seperti diwartakan Associated Press, Senin (26/10).
Ia juga menyinggung soal ancaman sanksi Washington setelah Turki menguji sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Pembelian tersebut membuat Turki dikeluarkan dari program pesawat tempur siluman F-35.
Ankara dan Washington berselisih terkait pembelian sistem pertahanan udara rudal S-400 dari Rusia.
AS mengeluarkan Turki dari program pembelian F-35 setelah negara itu menerima pengiriman tahap pertama S-400 dari Rusia pada Juli lalu tahun lalu.
"Kami membayar F-35, Anda mengancam kami. Anda berkata, Kirim S-400 kembali ke Rusia. Kami bukan negara suku. Kami adalah Turki," tuturnya.
AS menyebut sistem pertahanan udara buatan Rusia itu tidak kompatibel dengan NATO dan dapat menimbulkan ancaman bagi jet-jet F-35 Lockheed Martin Corp.
Negeri Paman Sam sendiri telah memperingatkan Turki bahwa negara tersebut berisiko terkena sanksi di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika jika sistem S-400 diaktifkan.
Namun Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menahan penerapan sanksi itu di tengah harapan Erdogan akan melunak.
Selain menantang AS, pada kesempatan yang sama Erdogan kembali menghina Macron, yang terus mengkritisi kebijakan luar negeri Turki dalam beberapa bulan terakhir.
Erdogan juga mengarahkan kemarahannya kepada anggota parlemen anti-Islam Belanda, Geert Wilders, yang menggambarkan dia sebagai "teroris". Menurut dia Turki telah dijadikan target untuk mengungkap meningkatnya rasisme di Eropa.
"Fasisme tidak ada di dalam buku kami, itu ada dalam buku Anda. Nazizme terjadi di negara Anda," ucapnya yang ditujukan kepada Wilders.
Sumber : cnnindonesia.com