Akhiri Kekacauan Usai Pemilu, Presiden Kyrgyztan Siap Mundur
14 Oktober 2020, 09:00:03 Dilihat: 231x
Jakarta -- Presiden Kyrgyzstan, Sooronbay Jeenbekov siap mengundurkan diri untuk mengakhiri kekacauan pasca pemungutan suara parlemen yang menyelimuti negara Asia Tengah itu.
Hal itu disampaikan Jeenbekov dalam sebuah pidato yang diterbitkan pada Jumat (9/10) di situs resminya.
Jeenbekov mengatakan dia bisa mundur setelah tanggal pemilu baru telah ditetapkan diikuti dengan perubahan dalam pemerintahan yang dikonfirmasi oleh parlemen dan kantornya.
"Setelah otoritas eksekutif yang sah disetujui dan kami kembali ke jalur keabsahan, saya siap meninggalkan jabatan Presiden Republik Kyrgyzstan," kata Jeenbekov seperti dikutip dari AFP.
Tapi belum jelas apakah persyaratan yang ditetapkan Jeenbekov bisa terpenuhi.
Pernyataan itu muncul hanya beberapa jam setelah kantor Jeenbekov mengatakan bahwa pengunduran diri presiden tidak "dipertanyakan" dalam pembicaraan dengan para pemimpin politik, pasca bentrokan dan protes yang dipimpin oleh partai-partai yang kalah dalam pemilu parlemen.
Pemungutan suara parlemen yang disengketakan telah memicu krisis baru di Kyrgyzstan, memicu aksi protes dan kerusuhan yang menyebabkan setidaknya satu orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Beberapa kekuatan politik merencanakan demonstrasi baru pada Jumat dan terdapat kekhawatiran baru akan potensi bentrokan antara pendukung dari berbagai kelompok.
Jeenbekov mengatakan penegakan hukum harus memastikan bahwa anggota parlemen dapat mengadakan sidang.
Dia menambahkan dirinya tidak ingin "melegitimasi pengangkatan" setelah beberapa politisi mengklaim posisi kepemimpinan di negara itu.
Pada Jumat, calon oposisi mengaku telah menguasai kantor kejaksaan negara, komite keamanan nasional, dan kementerian dalam negeri.
Seorang politisi populis, Sadyr Japarov juga telah memposisikan dirinya sebagai perdana menteri baru setelah dia dibebaskan dari penjara oleh para pendukungnya pada Senin (5/10).
Jika Jeenbekov mengundurkan diri, dia akan menjadi pemimpin Kyrgyzstan ketiga yang dilanda kerusuhan politik setelah pemberontakan penggulingan presiden otoriter terjadi pada 2005 dan 2010.
Sumber : cnnindonesia.com