Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan, M. Romahurmuziy, menyarankan pemerintah memikirkan ulang rencana menaikkan harga bahan bakar minyak. Sebab, menurut Romy, demikian sapaannya, jika harga BBM dinaikkan maka target pertumbuhan berpotensi gagal tercapai.
"Menaikkan harga BBM sebesar Rp1.500 per liter akan menurunkan rencana pertumbuhan dari semula 6,7 persen menjadi 6,5 persen di RAPBN-P 2012. Artinya ada penurunan volume PDB 0,2 persen atau sekitar Rp14 triliun," ujar Romy dalam pesan singkat kepada VIVAnews.com. Senin 19 Maret 2012.
Penurunan tingkat pertumbuhan tersebut, lanjutnya, dikhawatirkan sekaligus bakal mempengaruhi kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan. "Apakah sepadan, penghematan BBM menurunkan pertumbuhan. Bukankah pertumbuhan yang tinggi dan pemerataan yang dikehendaki rakyat? Agar semakin banyak kue ekonomi yang bisa dibagi," kata Romy.
Oleh karena itu, lanjut Romy, pemerintah perlu memperhitungkan kembali risiko kebijakan menaikkan harga bbm tersebut. "Karenanya PPP meminta pemerintah untuk sekali lagi berhitung, apakah menaikkan BBM adalah opsi terakhir," kata Romy.
Sementara itu, politikus Golkar Bambang Soesatyo menyatakan, karut marut keadaan akibat isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini membuktikan pemerintah gagal mengamankan kebijakannya sendiri, dan gagal pula melindungi rakyat dari aksi para spekulan di pasar komodoti kebutuhan pokok. Di beberapa daerah, harga BBM bukan hanya sudah dinaikan oleh para spekulan, tetapi juga terjadi kelangkaan akibat ulah para penimbun BBM.
Harga aneka komoditi kebutuhan pokok terus merangkak naik. Karut marut di pasar itu dipicu oleh isu kenaikan harga BBM yang dihembuskan pemerintah sendiri sejak awal 2012. "Semua kegagalan ini disebabkan minimnya koordinasi dan komunikasi antarinstansi pemerintah," kata Bambang secara tertulis ke VIVAnews.com.
Kalau rencana kebijakan menaikkan harga BBM itu dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan efektif kepada semua instansi terkait, situasinya tidak akan seburuk seperti sekarang ini. “Apa yang terjadi hari-hari ini sangat memprihatinkan, karena negara kita seperti tanpa regulator. Di pelosok daerah, pedagang boleh semaunya menaikkan harga BBM tanpa ada yang bisa mencegah.”
• VIVAnews